Akhirnya, dengan segala perjuangan dan usaha, logo baru diluncurkan.
Semoga 3 tahun ada di dalamnya cukup untuk mengerti, memahami dan mengambil soul-nya, sehingga yang tertuang adalah spirit juga inspirasi.
Bicara tentang logo, memang erat kaitannya dengan apa yang namanya spirit, sugesti, keyakinan sang pemilik. Kenapa saya katakan demikian, ada beberapa kasus riil yang pernah saya hadapi dalam kaitannya dengan merancang sebuah logo. Ini beberapa diantaranya.
(1)
Ada seorang pemilik brand sebuah produk, logo dibikin sejak merintis usaha tersebut, hingga berkembang sampai sekarang. Mengantisipasi dan mengakomodasi perkembangan yang lebih progresif, beberapa orang - manajeman, memutuskan untuk mengganti logo, paling enggak revitalisasi logo, mumpung belum besar, mungkin kurang lebih itu dasarnya. Tapi setelah proses berjalan sekian lama, akhirnya saat harus ke owner, akhirnya mentah. Dia memutuskan untuk tidak mengganti logo, dengan alasan kurang lebih begini : logo ini saya yang bikin, karena logo inilah, brand kita maju seperti ini, kalo diganti nanti malah jadi gak laku.
(Boleh saja sih, dia yang punya, kalo emang spiritnya seperti itu, tapi itu justru menuntup kemungkinan-kemungkinan, termasuk diantaranya kemungkinan untuk maju lebih pesat)
(2)
Ada sebuah brand baru, telah menetapkan logo melalui mekanisme lomba. Pemenang sudah ditentukan, dan logo sudah diaplikasikan. Dalam perjalanannya, memang banyak hambatan. Akhirnya dikonsultasikan ke pakar feng shui, dan dibilang logonya gak hoki. Karena percaya, maka dengan mudahnya logo diganti.
(Brand besar, logonya dipilih hanya lewat lomba? bisa ya bisa tidak. Bisa jadi lewat mekanisme lomba memang didapatkan logo yang dari segala aspek telah terpenuhi. Bisa tidak, karena aspek terpenting, soul brand/ corporate itu tidak semudah itu didalami, tidak hanya dari brief lomba yang sangat terbatas.)
(3)
Ada brand baru, mekanismenya lewat lomba juga (tapi kali ini, mungkin lebih tepat di sebut pitching). Dari banyak peserta di screenng jadi 4, lalu 2. Setelah terpilih satu agency, masih dilakukan proses pendalaman yang lebih comprehensif. Jadi logo yang dianggap pemenang belum final. Tapi karena pemilik agak kurang peduli dengan logonya, (karena kebetulan produk mereka sudah punya konsumen sendiri, nama besar holdingnya sangat berpengaruh, bahkan belum ada logonya pun sudah laku..), justru mendorong agency untuk memberikan sesuatu yang lebih, dengan tetap berdasar pada kaidah yang ada.
(4)
Ada sebuah brand baru, bikin logo, karena kebetulan perusahaan personal, sangat tergantung pada selera pemilik. bahkan dia sudah punya sket, jadi desainer tinggal benahin, kasih warna dll. Desainer secara moral merasa bertanggung jawab untuk menyampaikan apa yang dia anggap lebih baik, tapi percuma saja. Bahkan kacamata feng shuipun tak mempan. Tapi karena didasari dengan kepercayaan pemilik pada logonya, perusahaannya tetep aja berkembang (dengan logo seadanya).
(5)
Ada perusahaan dalam menentukan logonya tidak menggunakan agency tetapi melalui internal competition. Mungkin itu salah satu cara terbaik untuk mendapatkan sebuah insight. Karena yang lebih tahu, lebih paham tentang suatu perusahaan, ya orang-orang dalam perusahaan itu sendiri.
(tapi untuk hasil maksimal, ide dari dalam itu bisa ditindak lanjuti dengan menunjuk desainer logo. Kecuali perusahaan itu perusahaan desain logo?)
Ya begitulah, logo- brand/corporate identity, sangat banyak variabel dan parameternya. Gampang-gampang susah, susah-susah gampang. Prosesnya, bikinnya apalagi jualannya. Tapi asik kok. Landor aja bisa. Sebenernya apa yang dia bikin, kita juga bisa. Secara teknis. Selebihnya, bisa dipelajari. Lain kali pengen ngomongin, soal logo designing and power of brand.