17.2.06

telkom - sony ericsson

Ini bukan tentang telekomunikasi dan teknologinya, tapi ini soal logo keduanya. Seperti biasa.

Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah logo diantaranya "logo harus mudah diaplikasikan di berbagai media".

(Logo Telkom)
Logo telkom hadir cukup berani dengan keluar dari paritas logo BUMN waktu itu. Dengan bulatan "global-nya" dengan warna gradasi biru cukup menarik perhatian. Namun pertanyaan saya waktu itu, "emang aplikasinya gak susah?". Memang sih ada panduan aplikasi logo (manual logo/ logo guideline)yang dapat dijadikan dalam re-produksi logo dalam berbagai keperluan (kebetulan pernah menangani project-nya, dan dapet juga manualnya). Tetapi sebagai BUMN yang "menguasai hajat hidup orang banyak" tentu saja kebutuhan akan logo tersebut sangat tinggi. Sebut saja fenomena merebaknya wartel. Sekarang satu RT, beda gang saja bisa ada beberapa Warnet yang notabene harus menggunakan jasa Telkom, dan harus mencantumkan logo Telkom di setiap papan namanya. Bisa ditebak, akibatnya karena kebutuhannya yang begitu besar, tidak sebanding dengan usaha untuk menjaga konsistensinya, banyak pihak (pemilik warnet) mereproduksi logo tersebut dengan cara mereka sendiri. Karena tingkat akurasi (terutama masalah gradasi) yang tinggi diperlukan untuk mereproduksi Logo tersebut, hasilnya pun bisa ditebak. Tengok saja warnet di sekitar kita. Perhatikan Gradasi dan Typografinya.

(Logo Sony Ericsson)
yang satu ini, adalah produsen perangkat komunikasi mobile - telepon seluler - tingkat dunia, yang merupakan hasil merger 2 perusahaan yang punya nama di masing-masing bidangnya. Logonya cukup unik, dengan efek 3 dimensinya, terkesan futuristik, dan tetap memorable. Aplikasinya tentu jauh lebih sulit daripada logo telkom.
Namun apabila diperhatikan, saya belum menjumpai logo Sony Ericsson yang tidak konsisten, apalagi bikin terkesan sendiri (kalaupun ada saya rasa jarang sekali).
Mengapa bisa seperti itu? Karena saya yakin telah diperhitungkan dengan cermat oleh si pembuat logo. Dia tahu persis untuk apa kepentingan logo itu termasuk kemungkinan aplikasinya. Paling kita menjumpai logo itu selain di Print Ad dan TV Com, billboard, signage, dan yang utama produk. Semuanya itu di (re)produksi dengan teknik yang memungkinkan untuk menampilkan logo secara utuh dan konsisten. Di Produknya misalnya, logo dengan canggihnya dibuat dengan bentuk yang sebenarnya, memberikan kesan tersendiri bagi pemakainya.

Yang saya pelajari dari kasus ini adalah bahwa prinsip bahwa logo harus mudah diaplikasikan ke berbagai media, tidak serta merta logo itu harus simpel, tidak ada efek visual macam gradasi, atau yang lebih sulit. Tapi juga harus diperhatikan di media apa saja yang mungin menjadi aplikasi logo tersebut. Kalau semua media tersebut masih mungkin untuk diaplikasikan, saya rasa sah-sah saja untuk membuat logo serumit apapun.

1 comment:

rokkinvisual said...

benar-2 masterWong'nya logo...
suatu saat aku pasti mengalahkannya...
dengan tendangan kaki seribuku...
:D